Text
Orang Cina, Bandar Tol, Candu, & Perang Jawa: Perubahan Persepsi Tentang Cina 1755-1825
Sudah berabad-abad orang Tionghoa bermukim di Nusantara, terutama Pulau Jawa, dan lambat laut timbullah suatu masyarakat peranakan yang khas tetapi membaur. Belanda sendiri mengakui bahwa mereka sangat bergantung kepada kelihaian peranakan Tionghoa sebagai pebisnis untuk membangkitkan perdagangan Kompeni Dagang Hindia Belanda (VOC). Saat Perang Jawa (1825-1830) yang dipimpin Pangeran Diponegoro berkoar, kaum peranakan menjadi sasaran dan telah terjadi pembantaian besar masyarakat Tionghoa di Jawa Tengah. Diponegoro sendiri sampai melarang para panglimanya untuk mengawini "nyonya cina" dengan alasan bawa hubungan intim itu akan membawa "sial". Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimanakah peranan orang Tionghoa saat zaman Kompeni dan Perang Jawa?
Buku ini merupakan terjemahan dari artikel klasik Peter Carey, "Changing Javanese Perceptions of the Chinese in Central Java, 1755-1825". Buku ini membuka perspektif baru tentang tragedi yang dipicu politik pemerintah peralihan Inggris (1811-1816) dan Hindia Belanda (pasca-Agustus 1816). Politik tersebut menggunakan orang Tionghoa sebagai ujung tombak dari suatu sistem perpajakan yang mengakibatkan penderitaan mendalam dan membangkitkan amarah rakyat dengan dibebani perdagangan candu serta pengelolaan gerbang tol.
No other version available