Text
Membaca Ulang Max Havelaar
Multatuli dan novelnya Max Havelaar merupakan suatu fenomena yang tak dapat diabaikan. Baik secara pribadi maupun secara kekaryaan, keduanya memancing pembacaan yang terus-menerus, lintas disiplin, yang menghasilkan pelbagai pemaknaan yang tidak selalu sejalan antara satu dan lainnya. Ia dimitoskan dan diagungkan, tapi sekaligus dinistakan dan dicurigai. Karyanya tidak hanya memengaruhi ranah kesusastraan, melainkan juga telah menggugah kesadaran berbangsa dan bernegara, menginspirasi tindakan, dan memengaruhi kebijakan dalam ranah sosial-politik, baik di Indonesia maupun di Belanda.
Berbagai kontroversi pun telah menyertainya sejak Max Havelaar pertama kali terbit pada 1860. Artinya, telah lebih dari 159 tahun Multatuli dan Max Havelaar dirayakan sekaligus hendak dilupakan. Kontroversi tersebut tidak hanya terjadi di negerinya sendiri, namun juga terjadi di kota kecil Rangkasbitung, Lebak, tempat Multatuli pernah menjadi asisten residen; dan seklaigus menjadi latar dari cerita Max Havelaar.
Buku ini merupakan pembacaan ulang terhadap sosok Multatuli maupun novel/film Max Havelaar, dari berbagai perspektif dan sudut pandang lintas disiplin ilmu yang relevan.
Title | Edition | Language |
---|---|---|
Simposium: Pascakolonial dan Isu-isu Muktahir Lintas Disiplin | Cet. 1 | id |
Manis Tapi Tragis: Kisah Saidjah-Adinda dalam Max Havelaar | Cet. 1 | id |