Text
Pengakuan Jalak Rarawe: Kumpulan Cerpen
Festival Seni Multatuli melalui Tim Penerbitan, berusaha membantu mendata kekayaan sejarah, budaya, dan kearifan lokal melalui Undangan Menulis. Setelah tahun 2018 kami memilih gendre puisi bertema Mutatuli, tahun 2019 ini kami mengambil cerita pendek (cerpen) dengan tema, yang pada tahap persiapan, terus berubah-ubah. Tema menjadi bagian yang paling menyita pikiran kami. Pintu masuk untuk para peserta ini harus disiapkan dengan sungguh-sungguh.
Setelah berbagai perenungan dan perdebatan, kami sepakat mengambil pikukuh urang Baduy “Gunung Teu Meunang Dilebur, Lebak Teu Meunang Diruksak” sebagai gerbang dan jalan agar para peserta dapat masuk untuk menuliskan sejarah, mitos, dan kearifan lokal masyarakat Kabupaten Lebak.
Setelah melalui jangka waktu yang ditetapkan, akhirnya terkumpul 85 naskah cerpen yang kami terima dari peserta yang menjawab Undangan Menulis Cerpen dan 19 naskah cerpen yang kami terima dari peserta praevent Workshop Menulis Cerpen Festival Seni Multatuli 2019. Seluruh naskah yang sudah kami sisihkan nama dan biodatanya, kami serahkan kepada 3 kurator, yaitu Arip Senjaya, S.Pd., M.Phil (Akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa); Ni Komang Ariani, S.Sos., M.Hum., (Sastrawan dan Akademisi Universitas Pamulang); dan Zen Hae (Sastrawan). Para kurator bertugas memilih 20 naskah dari Undangan Menulis Cerpen dan 10 naskah dari peserta workshop Menulis Cerpen, hingga menghasilkan 1 naskah terbaik. Kami meyakini kapasitas ketiga kurator sangat mumpuni sehingga kami merasa tidak perlu meragukan keputusan yang dibuatnya.
No other version available